Aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Nukilan puisi Sapardi Djoko Damono (1989) yang penuh penghayatan dan
penekanan mendalam. Pada dasarnya semua bisa menulis. Tapi bagaimana dengan
menulis puisi? Bisa ala biasa. Di mana ada kemauan di situ ada jalan. Kuncinya
memulai menulis dan konsisten. Insya Allah
Menulis puisi sebelas dua belas ungkapan rasa, bisa kepada orang tua,
sahabat, dan sekadar postingan di sosial media. Berbicara puisi! belum lengkap
bila kami tidak menyertakan "Tips Menulis Puisi," berikut ini kami
jabarkan.
- Jangan menunggu lupa untuk menuliskan ide yang muncul dalam pikiran. Tidak banyak orang memiliki daya ingat yang kuat, karena ide kadang muncul secara spontan. Segeralah bekukan idemu dalam sebuah catatan harian dan bisa juga melalui gawai.
- Perlu diingat, menulis puisi jangan dalam keadaan marah. Sapardi Djoko Damono tidak akan menulis puisi dalam kondisi marah. Penulis yang memaksakan suasana hati emosional, yang keluar hanyalah amarah meledak-ledak. Sebaiknya hindari dan beri jeda waktu untuk memulai kembali menulis puisi. Keadaan ini juga sama, bila kita mau menghadirkan suasana senang dan cinta. Pemberian jeda sangatlah penting untuk penulis, sehingga tulisan dapat menyentuh pembaca.
- Tips selanjutnya, gunakan waktu luangmu untuk membaca kembali tulisan yang sudah di bekukan dalam buku harian atau gawai. Manfaatkan aktivitas bersantai, sekadar memperbaiki susunan kata maupun kalimat. Pengeditan dengan cara membaca ulang, dapat memperhalus kata yang ditulis.
- Tidak kala penting yaitu endapan, jangan terlalu cepat menilai karya kita baik. Sejatinya itu hanyalah fatamorgana belaka. Baca dan baca kembali puisi kamu, hingga semakin matang. Kita juga bisa meminta teman atau sahabat untuk membaca tulisan kita. Justru dengan pendapat merekalah, kita dapat mengevaluasi karya yang dibuat.
- Titimangsa, penulis yang baik akan menyematkan tempat, tanggal, dan waktu pembuatan puisi. Dengan adanya titimangsa pembaca dapat merasuki suasana yang digambarkan penulis.
- Kesemua kurang sedap bila menulis tidak diiringi dengan membaca. Membaca poin utama untuk membuka wawasan dan menambah pembendaharaan kata. Tulisan kita merupakan cerminan dari apa yang kita baca.
- Terakhir, untuk kamu yang ikut lomba menulis puisi. Cobalah perhatikan betul, poin-poin yang menjadi syarat lomba. Tidak jarang, karena malas untuk membaca. Mereka tersingkir dengan sendirinya dari ring penyeleksian panitia.
Semoga beberapa
tips di atas menjadi motivasi kita semua untuk selalu mencatatkan kebaikan. Selamat
mencoba dan mengamalkan.
Menulis untuk
mencerahkan.
Salam literasi
berkeadaban.
Indralaya, 3 Agustus 2019/1 Dzulhijjah 1440 H (20.20 WIB).
Blog-mu sudah keren... Malu dengan tampilan blog-ku yang apalah daya aku tak bisa.
BalasHapusMakasih kk @diaryjaka
HapusMasih belajar juga kami kk.
Makasih kk @diaryjaka
HapusMasih belajar juga kami kk.