Ketika membaca
judul buku "Memberi Untuk Menerima Lebih Banyak," hal pertama terlintas yaitu apakah
benar dengan memberi kita akan menerima lebih banyak? Kedengarannya mungkin
tidak masuk akal. Namun begitulah faktanya.
Setelah membaca
halaman demi halaman, membuatku tersesat untuk menuntaskan endingnya. Bahwa, setiap
kebaikan akan selalu mendapatkan ganjaran. Bisa secepat kilat dan bisa disaat
kita terdesak.
Sebuah artikel dalam majalah American Health
edisi Mei 1988 mengungkapkan bahwa, bekerja sebagai sukarelawan secara berkala
dapat memperpanjang harapan hidup. (hal. 9). Ternyata, orang yang sering
memberi memiliki kesehatan yang lebih baik dibandingkan yang tidak memberi.
Rumi, sufi Persia di abad ketiga belas,
bercerita tentang seorang pria yang
berjalan melewati pengemis dan bertanya, “Tuhan, mengapa Kau tidak melakukan sesuatu
untuk orang-orang ini?” Tuhan menjawab, “Aku sudah berbuat
sesuatu. Aku menciptakanmu.” (hal. 10).
Sesuai dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. al-Baqarah [2] : 30).
Sesuai dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. al-Baqarah [2] : 30).
Mungkin kita hanyalah satu orang di dunia ini,
tetapi bisa jadi kita merupakan dunia bagi seseorang. Ketika kita dapat menutup
luka dan meringankan derita orang lain, disaat itulah kita berarti.
Memberi tak harus menunggu sukses atau memiliki
warisan sembilan keturunan. Sejatinya ketika kita memberi waktu luang, pengetahuan
untuk orang lain, disaat itulah kita benar-benar kaya. Semakin
banyak yang kita berikan, semakin banyak juga kita untuk menerima.
Dari Abu
Hurairah Radhillahu anhu dari Rasulullah ﷺ bersabda,
“Seorang wanita pezina telah medapatkan ampunan. Dia melewati seekor anjing
yang menjulurkan lidahnya dipinggir sumur. Anjing ini hampir saja mati
kehausan, (melihat ini) si wanita pelacur itu melepaskan sepatunya lalu
mengikatkanya dengan penutup kepalanya lalu dia mengambilkan air untuk anjing
tersebut. Dengan sebab perbuatannya itu dia mendapatkan ampunan dari Allah Azza Wa Jalla.
Tak disangka hal
sepele dengan memberi minuman kepada hewan yang sedang kehausan, Allah Azza Wa Jalla
balas dengan ampunan untuk wanita tersebut. MasyaAllah.
Hadits ini mengajarkan kepada kita untuk saling
berbuat baik, bukan hanya dengan manusia tetapi hewan, tumbuhan dan seluruh
ciptaan Allah Azza Wa Jalla. Sekecil apapun kebaikan tersebut akan Allah
Azza Wa Jalla lipat gandakan.
Memberi tidak selalu membuat rugi, justru malah
mendatangkan banyak manfaat dalam kehidupan. Memberi kita belajar untuk ikhlas,
bukan semata-mata ingin dipuji, melainkan wujud ketaatan dan cinta kasih.
Harta, tahta dan keluarga tak selamanya abadi.
Setiap titipan yang Allah Azza Wa Jalla berikan kepada kita, nantinya akan
dipertanggung jawabkan. Perumpamaan belanja di supermarket, apa yang kita ambil
dan masukan ke dalam keranjang belanja. Akan dihitung oleh kasir dengan nominal
barang yang kita ambil saat belanja. Begitulah hidup.
Terkadang kita sebagai
makhluk sosial lupa, rezeki yang kita terima selama ini merupakan rezeki yang
diturunkan oleh Allah Azza Wa Jalla. Manusia hanya sebagai
perantara dalam memberi rezeki tersebut.
“Keberhasilan
tanpa kebahagiaan merupakan jenis kegagalan yang paling buruk.” (hal. 23).
Cobalah menengok ke
belakang, berapa banyak orang kaya tak bahagia dengan pencapaiannya? Memiliki fasilitas
berkelas seperti apartemen, jet pribadi bahkan dunia sekalipun dengan mudah dibeli,
siapa yang tidak mau kaya? Kaya merupakan mimpi semua orang. Namun lagi-lagi tak
semua dapat diukur dengan uang.
Jadi mulailah dari
sekarang, tebarlah senyuman tuk menerima lebih banyak!
Kutipan
menarik dalam buku:
“Seperti alat apa pun,
tawa harus diolah dengan hati-hati dan peka agar keajaiban dan kekuatannya
tertampilkan.” (hal. 52).
Siapa sangka tawa yang
menghibur dapat menjadi senjata yang kejam dan mematikan. Laksana pedang yang
menghujam ke ulu hati. Setiap guyonan yang tak sengaja menghina dapat merasuki
seseorang untuk bertindak di luar nalar.
“Kedermawanan dimulai
dari rumah.” (hal. 112).
“Jika tangan Anda
selalu tersimpan di dalam saku, Anda tidak akan pernah dapat bersalaman dengan
orang lain.” (hal. 174).
“Kapan memberi, jawaban
singkatnya adalah... hari ini. (hal. 181).
Menunggu kaya selalu
menjadi penghambat untuk memberi. Apalagi upah yang diterima kecil dan untuk
memberi terasa berat. Ujung-ujungnya hanya haus yang didapatkan.
===========================================
Berisi gambar dan kata motivasi "Memberi
Untuk Menerima Lebih Banyak," dapat menjadi obat penolong bagi pembaca yang
ingin menerima lebih banyak. Dengan memberikan waktu, harta, kearifan dan
cinta. Kita telah belajar untuk selalu ikhlas. Bahwa disetiap pemberian kecil
tersimpan kebaikan besar untuk diri sendiri dan orang lain.
Terima
kasih telah menulis buku menginspirasi ini "Memberi Untuk Menerima Lebih Banyak."
Identitas buku:
Judul Buku : Memberi Untuk Menerima Lebih Banyak
Penulis : Harvey McKinnon dan Azim Jamal
Penerbit : Ufuk
Tahun Terbit : Juni, 2009
Jumlah Halaman : 258 hal
ISBN : 978-979-1238-97-7
Indralaya,
19 Juli 2019
#FLPSumsel #WAGFLPSumselMenulis
#FLPSumsel #WAGFLPSumselMenulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika sobat ingin berkomentar di blog ini maka :
1. Tidak boleh menautkan link aktif, gunakan Name/URL saja
2. Berkomentar dengan SOPAN dan tidak menyinggung orang lain
3. Dilarang keras untuk "SPAM"
4. Berkomentar sesuai topik yang dibaca, tidak boleh OOT