Mempunyai suami
yang setia, mapan dan bertanggung jawab merupakan idaman oleh setiap perempuan.
Sama halnya dengan laki-laki, menjadi suami idaman dan diidolakan oleh istri dan
anak-anak merupakan dambaan baginya. Namun, bagaimana jika suami bukan menjadi
idola dalam keluarga. Kok bisa?
Bukankah suami
adalah pemimpin dalam rumah tangga. Hal ini juga dijelaskan dalam firman Allah subhanahu
wa ta’ala, “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum
perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki)
atas sebahagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. an-Nisaa’: 34). Sosok
suami ideal bukan hanya sebagai imam, memberikan nafkah, mendidik dan membimbing
keluarga dalam kebaikan. Bukanya suami yang sukses yaitu suami yang mampu
membawa bahtera rumah tangga menuju surga (menunaikan kewajiban-kewajiban dalam
agama dan melarang dari hal-hal yang diharamkan dalam Islam).
“Seorang suami ibarat sopir dalam sebuah kendaraan
atau nahkoda dalam sebuah kapal yang sedang berlayar.” (hal.
7)
Seorang
sopir harus memilih rute yang paling cepat dan aman untuk mencapai lokasi yang dituju.
Begitu pun dengan membangun rumah tangga, sebagai pemimpin yang memegang
komando, seorang suami harus memiliki seribu satu jalan untuk melangkah dan
mengambil setiap keputusan.
“Suami ideal
adalah suami yang mau mengorbankan seluruh jiwa raga mereka sampai titik darah
penghabisan untuk keluarga tercinta. Suami yang rela mengenyampingkan hal-hal
yang menyangkut pribadi mereka demi kebahagiaan istri dan anak-anak” (hal. 13).
===========================================
Buku
ini menjadi sentilan bagi laki-laki (calon suami), terkhusus pribadi. Bagaimana
kiat-kiat untuk menjadi suami yang dirindukan kepergian dan kepulanganya oleh
keluarga. Sehingga, suami tidak menjadi butiran debu.
Kutipan
menarik dalam buku:
“....kalau mau berjanji, ukur dengan tingkat
kemampuan, baik kemampuan harta, maupun kemampuan waktu yang ada, agar tidak
ada yang kecewa dalam keluarga kita.” (hal. 11)
“Ketampanan hanya sebatas wajah dan tidak berumur panjang.
Namun, akhlak yang jelek akan meninggalkan jejak busuk yang sulit untuk dihapus
begitu saja.” (hal. 44)
“....sesibuk apa pun pekerjaan di luar rumah, istri dan
anak-anak tetap menjadi fokus dan perhatian utama suami.” (hal. 70)
“Jadilah
tipe suami yang aktif sebagai penyelesai masalah (problem solver).... misalnya
dengan mengajak istri berdiskusi tentang masalah yang terjadi dan bersama-sama
menyelesaikannya.” (hal. 78)
“Suami
yang baik adalah suami yang kalau pergi ke mana-mana, apalagi sendirian, tetap
mengaku dirinya berstatus suami.” (hal. 86)
“Mengalah,...
bukan berarti kalah. Jadi, sekali-kali, suami juga kudu belajar mengalah demi
istri tercinta.” (hal. 138)
Identitas buku:
Judul Buku : Suamiku Bukan Idolaku
Penulis : Boim Lebon
Penerbit : Sinergi
Tahun Terbit : November,
2018
Jumlah Halaman : 142 hal
ISBN : 978-602-70068-7-4
*Terima kasih kepada
mba Siti Fatimah, atas kesempatan kepada penulis untuk menyeruput pertama kali buku
yang berjudul Suamiku Bukan Idolaku.
Malam, 27
Desember 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika sobat ingin berkomentar di blog ini maka :
1. Tidak boleh menautkan link aktif, gunakan Name/URL saja
2. Berkomentar dengan SOPAN dan tidak menyinggung orang lain
3. Dilarang keras untuk "SPAM"
4. Berkomentar sesuai topik yang dibaca, tidak boleh OOT