Oleh:
Katam
Ingin
rasanya kutonjok bibir hitammu
Kau
tak peduli dengan umat
Menjerit
Menangis
Itu
yang mereka rasakan.
Walau
sebatang
Bagai
kentut pembunuh.
Racun
perusak moral
Perusak
generasi bangsa.
Satu
batang seribu umat
Meninggal
karena sebatang
Berkali-kali
kau isap
Bak
aroma sampah, memabukan.
Mengertilah
sobat
Demi
kemashlatan umat dan generasi bangsa.
Palembang,
24 Desember 2015 - Dalam perut besi.
Mataku terurai
bak benang, melihatmu Ibu yang tua renta harus berebut kursi, terisak dengan
puluhan insan dunia.
Adik cantik terus saja menutup hidungnya, bermodal marmut merah jambu yang kini telah layu. Ya... Mungkin kain itu telah suri. Menghirup pekat, timbul di angkasa.
Sisi lain,
tubuh mungil meraih mulut besi untuk masuk. Dengan jari-jarinya petikkan
syhadu. Ku tatap lekat, seusiamu harusnya bukan di sini dik. Namun... nasib
berkata lain, tetap saja dirimu kuat menjalankan kehidupan.
Di bangku paling belakang ini, menjadi ceritaku yang menyakitkan, lihatmu mati perlahan-lahan generasi bangsa oleh sebatang.
Lihatlah,
tembakau terus saja membakar dirinya. Asapnya tidak luput menyebar seperti
cinta. Namun, cinta tak diharap. Sesak, mual, dan pusing.
Hisap terus.. terus dan terus saja hisap. Tanpa dosa. Astafirullah.
Janganlah
kalian warnai mereka dengan cara yang tak memberi manfaat dan membawa
kemudharatan. Tapi warnailah mereka dengan warna suci sehingga memberikan
pelajaran untuk lebih baik lagi.
Walau belum bisa berbuat untuk negeri, hormatilah mereka disekitarmu, tebarkan senyum disetiap kehidupan.
Ingat
sebaik-baik orang ialah orang yang bermanfaat untuk dirinya pribadi dan orang
lain disekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika sobat ingin berkomentar di blog ini maka :
1. Tidak boleh menautkan link aktif, gunakan Name/URL saja
2. Berkomentar dengan SOPAN dan tidak menyinggung orang lain
3. Dilarang keras untuk "SPAM"
4. Berkomentar sesuai topik yang dibaca, tidak boleh OOT